
Foto: Dewi Susanti, seorang guru yang mengajar di daerah pelosok di Kalimantan diapit oleh anak-anak muridnya yang bersekolah di SDN Riam 1
KOTAWARINGIN BARAT – Di tengah pelosok Kalimantan yang jauh dari hiruk-pikuk kota, ada secercah cahaya yang terus menyala demi masa depan anak-anak bangsa. Cahaya itu termanifestasi dalam bentuk semangat seorang Dewi Susanti, seorang guru yang rela mengajar anak-anak yang hidup nyaris berdampingan belantara.
Tidak ada janji kemewahan atau kenyamanan saat Ibu Dewi pertama kali memutuskan untuk bergabung di SDN 1 Riam. Ia hadir karena melihat kenyataan pahit yaitu kekurangan guru, minimnya perhatian, dan keterbatasan fasilitas yang membelenggu proses belajar-mengajar para siswa di kampung halamannya.
Bahkan honor Dewi sebagai tenaga pengajar sepenuhnya ditanggung oleh PT Korintiga Hutani, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan di Kotawaringin Barat. Meski baginya menjadi guru bukan soal gaji atau jabatan semata, namun ia tetap bersyukur bahwa masih ada perhatian dari pemangku kepentingan akan pendidikan di Riam.
“Tetapi dengan bantuan ini saya tetap bersyukur, karena walaupun sedikit atau pun banyak, dikasih dari pihak CSR perusahaan kami tidak jadi masalah,” ujarnya.
Dewi tetap bertahan dan mengajar meskipun harus merangkap tugas. Dalam kesehariannya, ia tak hanya mengajarkan agama, tetapi juga membantu pelajaran lain seperti matematika dan bahasa Indonesia. Semua dilakukan demi memastikan anak-anak tetap bisa belajar.
Namun di balik semua tantangan, Dewi menyadari ada semangat luar biasa dari para siswa yang haus akan ilmu. Itulah yang menjadi bahan bakar perjuangannya hingga hari ini. “Pengalaman yang sangat berkesan adalah ketika melihat anak-anak itu sangat bersemangat, walaupun kadang apa yang disampaikan hanya sedikit, tapi minat semangat mereka untuk ke sekolah itu menerima ilmu itu luar biasa,” tuturnya bercerita.


Foto: Foto bangunan SD Negeri Riam 1 dan staf PT Korintiga Hutani saat mengunjungi sekolah
Kesadaran untuk menjaga nyala semangat perjuangan tenaga pendidik di pedalaman ini mendorong PT Korintiga Hutani secara rutin memberikan bantuan insentif berupa honor bagi para guru honorer.
Menurut keterangan dari Erwansyah Ardi, Manajer Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan dan Humas PT KTH, perusahaan memberikan bantuan honor kepada satu orang guru honorer di 13 desa yang berada di sekitar perusahaan.
“Sebenarnya bukan cuma guru honor. Tenaga medis juga ada yang kita bantu. Tapi tidak semua desa ini ya. Ada satu desa saja yang namanya Desa Sukarame yang mengajukan permintaan bantuan tenaga medis. Untuk tenaga medis kita kasih uang insentif sama dengan nilainya dengan guru honor,” tuturnya.
Kisah sinergi antara perangkat Desa Riam, perusahaan dan ibu guru Dewi Susanti adalah pengingat bahwa pendidikan bukan hanya soal bangunan megah atau fasilitas canggih, tetapi tentang hati dan dedikasi. Semangat beliau seharusnya menjadi inspirasi bagi semua pihak—pemerintah, swasta, dan masyarakat—untuk lebih peduli terhadap pendidikan di pelosok negeri. (PR)


